Senin, 24/12/2007
Saat ini isu flu burung mulai terasa memudar.Masyarakat tampak sudah lebih tenang,jika tidak dapat dikatakan tidak peduli,seolah-olah flu burung tidak lagi begitu mengerikan seperti waktu pertama kali isu ini menyeruak.
Mungkin telah terjadi desensitisasi dan masyarakat menjadi kurang sensitif. Pertama-tama marilah kita luruskan beberapa salah kaprah yang sering terjadi. Sebenarnya,yang perlu dikhawatirkan bukanlah flu burung karena flu burung terjadi pada burung atau unggas. Yang harus kita waspadai adalah pandemi influenza pada manusia.Lalu, mengapa yang sering disebut-sebut adalah flu burung? Ya,flu burung (avian influenza) merupakan sebuah grup besar virus-virus influenza berbeda yang utamanya menyerang unggas.Pada beberapa kasus,di mana hal ini jarang terjadi,virus-virus unggas ini dapat menginfeksi spesies lain,termasuk babi dan manusia.Sebagian besar virus flu burung tidak menyerang manusia. Pandemi influenza terjadi saat sebuah subtipe virus influenza baru muncul dan beredar di antara manusia.
Karena itu,virus flu burung H5N1 dikatakan sebagai strain yang potensial menyebabkan pandemi,yaitu virus ini diperkirakan akan dapat beradaptasi dan menular antarmanusia.Jika kelak hal ini terjadi,virus tersebut tidak lagi merupakan virus flu burung,melainkan virus influenza manusia. Sebuah pandemi terjadi saat sebuah virus influenza baru muncul dan mulai menyebar seperti virus flu manusia biasa.Karena virusnya baru,sistem imun manusia belum memiliki imunitas terhadap virus tersebut.Hal itulah yang menyebabkan orang-orang yang terlibat dalam pandemi influenza mengalami penyakit serius dibandingkan influenza biasa. Seperti kita ketahui,pandemi influenza merupakan hal yang jarang terjadi.Menurut sejarah,jumlah kematian selama pandemi influenza memiliki variasi yang sangat besar. Dalam abad sebelumnya tercatat tiga kejadian pandemi,yakni flu Spanyol pada 1918,flu Asia pada 1957,flu Hong Kong pada 1968.
Pandemi pada 1918 memakan korban meninggal 40–50 juta orang seluruh dunia.Pandemi ini disebut sebagai salah satu kejadian penyakit yang paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.Pandemi selanjutnya lebih ringan dengan perkiraan 2 juta jiwa meninggal pada 1957 serta 1 juta orang meninggal pada 1968. Mortalitas (angka kematian) secara umum dipengaruhi oleh empat faktor,yakni jumlah orang yang terinfeksi,virulensi (keganasan) virus,karakteristik dasar dan vulnerabilitas populasi terkena,serta efektivitas tindakan-tindakan prefensi (pencegahan).
Prediksi mortalitas yang akurat tidak dapat dibuat sebelum virus pandemi muncul dan mulai menyebar. Terdapat tiga jenis periode kewaspadaan pandemi (WHO).Interpandemi yang mencakup fase 1 (infeksi pada binatang dengan risiko penularan rendah pada manusia) dan fase 2 (infeksi pada binatang dengan risiko penularan tinggi pada manusia).
Waspada Pandemi yang mencakup fase 3 (infeksi pada manusia,tetapi tidak ada/sangat terbatas penularan antarmanusia), fase 4 (infeksi pada manusia dengan bukti penularan antarmanusia yang terbatas),dan fase 5 (infeksi pada manusia dengan penularan antar manusia dalam kelompok yang semakin meluas). Lalu,Pandemi yang mencakup fase 6 (pandemi,yaitu penularan antarmanusia sudah efisien,efektif,dan berlanjut). Asumsi waktu pandemi,antara , epidemi berlangsung 250 hari atau kematian rata-rata 1.773 per hari.Puncak epidemi dicapai dalam 100 hari dan saat puncak epidemi telah meninggal 177.300 orang.
Penyebaran epidemi dalam 200 hari mencapai radius 600 km, diperlukan 90 hari untuk melokalisasi epidemi dengan upaya penyediaan vaksin pandemi. Surat edaran Mendagri No 440/93/SJ tentang Penanganan Flu Burung menyebutkan, karena jumlah korban yang terinfeksi dan meninggal dunia akibat virus flu burung terus bertambah,kewaspadaan kesehatan bagi manusia pun timbul.Maka, diharapkan kepada gubernur dan bupati/ wali kota seluruh Indonesia segera mengambil langkah-langkah antisipasi.
Dalam surat edaran tersebut dijelaskan, untuk jangka pendek (tiga bulan) pada provinsi yang berisiko rendah, yakni Provinsi Kepulauan Riau,Sumatera Selatan,Bangka-Belitung (Babel),Bengkulu,Kalimantan Selatan (Kalsel),Kalbar,Kaltim,NTT,NTB,dan Papua agar menyiapkan sarana pelaporan (posko) terhadap kejadian penyakit pada unggas dan manusia.Pengawasan lalu lintas ternak dan produk ternak,pemantauan secara periodik, dan kontinu pada pasar ternak.Melakukan vaksinasi unggas secara lengkap dan benar serta pendataan unggas per dusun/RT atas kepemilikan,pola pemeliharaan,tempat pemotongan, tempat penampungan,dan pasar ayam. Sementara itu,antisipasi jangka pendek (tiga bulan) pada provinsi yang berisiko tinggi yang pernah terjadi kasus meninggalnya pada manusia,yakni Provinsi Sumatera Utara,Sumatera Barat,Lampung, Banten,DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur,dan Sulawesi Selatan agar melakukan pengawasan lalu lintas ternak dan produk ternak secara ketat.
Melakukan pemantauan secara periodik dan kontinu pada pasar ternak, termasuk tes keberadaan virus.Pelarangan pemotongan ayam selain di tempat pemotongan ayam (TPA).Pelarangan lalu lintas limbah unggas yang belum diolah. Peningkatan sanitasi lingkungan serta penyemprotan desinfektan pada lingkungan dan kandang dan vaksinasi unggas secara benar.Pendataan per dusun/RT atas kepemilikan unggas,pola pemeliharaan,tempat pemotongan,dan tempat penampungan pasar ayam. Mempersiapkan serta melakukan penambahan rumah sakit rujukan utama disertai peningkatan pelayanannya. Sementara itu,untuk antisipasi jangka menengah (1 tahun) untuk seluruh provinsi,kabupaten/kota agar melakukan kampanye tanggap flu burung dengan melibatkan organisasi-organisasi masyarakat dan pendekatan langsung dengan tokoh agama,organisasi massa, para pemuda,dan tempat-tempat sekolah.
Melakukan restrukturisasi peternakan,penataan peternakan di daerah permukiman secara bertahap, penanganan virus flu burung di sumbernya, peningkatan penguatan pelayanan kesehatan dan kesiapan menghadapi bencana,serta mengantisipasi menghadapi dampak sosialnya. Memang saat ini kita masih berada dalam fase 3 pandemi,di mana belum terjadi penularan virus flu burung antarmanusia. Namun,bila kita melihat sejarah perkembangan influenza di seluruh dunia, dapat dikatakan penularan antar manusia atau pandemi influenzapasti akan terjadi meski tidak diketahui di mana dan kapan hal itu akan terjadi.Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus serius bekerja ekstrakeras untuk menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi.(*) DR ANDREW JACKSON YANG Mahasiswa Program Studi Pascasarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI)
Pemerintah Lengah, Rakyat Jadi Korban